Kamis, 22 Oktober 2015

Media Promosi

Media promosi adalah sarana mengomunikasikan suatu produk atau jasa maupun brand atau perusahaan dan lainnya agar dapat dikenal masyarakat lebih luas.

Media promosi yang paling tua adalah dari mulut ke mulut, dilanjutkan dengan media promosi konvensional berupa: brosur, poster, katalog, pamfletbooklet, spanduk,billboardbannerflyer, reklame, kartu nama, iklan TV, radio, media cetak (koran/ majalah) dan sebagainya.

Media promosi tersebut berkembang dengan maraknya promosi ranah digital seperti promosi melalui jejaring sosial di Facebook, Twitter dan sebagainya. Namun, tidak satu pun media yang benar-benar dikategorikan mutlak dari segi ketepatan dan efektivitas, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. 

Pada kesempatan ini, kita memaparkan 2 media promosi yang digunakan dalam mempromosikan suatu produk, yaitu dengan menggunakan media poster dan flyer.




Gambar 1.1 Poster



Gambar 1.2 Flyer

Perancangan media promosi BATIKTA ini, bertujuan untuk mempromosikan produk dari BATIKTA pada masyarakat mulai dari kalangan remaja berupa poster dan flyer. Dengan bentuk sederhana, desain yang menarik dan akan ditempatkan di tempatkan di event pariwisata, tempat- tempat umum dan di rumah BATIKTA.

Foto yang digunakan pada flyer dan poster sesuai dengan dsain yang dibuat. Konsep foto yang digunakan adalah anak muda (baik pria maupun wanita) yang menggunakan produk BATIKTA. Selain itu juga menggunakan foto gorga Batak sebagai background. 

Warna yang dipilih melambangkan BATIKTA mempromosikan produk yang memiliki ciri khas suku Batak tanpa meninggalkan kesan modren dan elegan pada produk yang ditawarkan dengan harapan produk tersebut dapat menarik perhatian masyarakat.

Sebelum batik terkenal seperti sekarang ini, batik sering dikaitkan dengan kata kuno. Oleh karena itu pada poster dan flyer ini menampilkan model anak mda sebagai salah satu tanda bahwa batik itu tidak kuno seperti dulu, memiliki corak yang bervariasi dengan model pakaian yang fashionable. 









Poster Kegiatan

Poster merupakan salah satu media yang sering kita lihat di dalam keseharian kita entah itu dijalan, sekolah, tempat kerja, mall, dan banyak tempat-tempat lainnya. Yang menjadi salah satu media sosialisasi dan publikasi yang digunakan seseorang atau sekelompok orang untuk memberitahu suatu informasi kepada khalayak ramai. Pada umumnya poster terdiri atas kata-kata, gambar, atau kombinasi antar keduanya.


Dalam membuat poster yang baik dan menarik, perlu diperhatikan langkah-langkah  berikut ini:
  • Menentukan topik dan tujuan 
  • Merumuskan pesan atau amanat yang akan disampaikan
  • Merumuskan kalimat yang singkat, menarik, padat, dan jelas sehingga apabila dibaca orang mudah dimengerti.
  • Menggunakan kalimat yang persuasif, bersifat membujuk, dan mewakili daya sugesti sehingga mudah memengaruhi banyak orang.
  • Menggunakan gambar pendukung tema dengan warna-warna tampilan yang menarik dan sesuai komposisinya.
  • Menggunakan media yang tepat, misalnya kain rentang, papan yang luas, seng, atau lain-lain.
Pada pokok bahasan kali ini, saya akan membahas salah satu macam poster, yaitu "Poster Kegiatan".




Konsep dari poster di atas adalah "Danau Toba Bersih". Pada poster ini, menyampaikan pesan agar orang- orang sekitar maupun pendatang agar tidak membuang sampah sembarang di sekitar daerah mau pun  Danau Toba itu sendiri untuk dapat menjaga kebersihan dan kelestarian  dari lingkungan itu sendiri. Pada poster ini terdapat ilustrasi/ gamabar tangan yang menjatuhkan sampah ke air yang melambangkan orang yang membuang sampah sembarangan ke Danau Toba. Dan ilustrasi perairan dan langit melambangkan lokasi Danau Toba itu sendiri. Dan pada poster terdapat terdapat kata DON'T LITTER TOBA LAKE WITH RUBBISH" yang berati jangan mengotori Danau Toba dengan sampah.

Minggu, 11 Oktober 2015

Poster

Mendesain poster  satu pekerjaan yang sangat menantang kreativitas. Berbagai kemungkinan bisa dilakukan untuk menarik audiens. Anda bebas mengumbar kreativitas, namun tetap sadar bahwa tujuan poster adalah menyampaikan informasi kepada audiens. Poster harus mampu menyampaikan informasi atau pesan pada audiens yang sedang sibuk, hanya dalam bilangan detik. Karena waktu baca yang begitu singkat dan dalam situasi sibuk maka Anda harus menentukan salah satu informasi untuk dijadikan elemen kunci.

Ukuran poster yang besar dengan sendirinya memberikan keleluasaan yang besar kepada desainer dan karena ukuran itu pula poster sangat menarik perhatian bila didesain dengan strategi kreatif dan komunikasi baik.

Seperti karya- karya desain lainnya, poster bisa sangat didominasi oleh segi fungsinya, bisa juga oleh segi kreatifnya yang artistik dan mengandung pesan- pesan yang dalam. Misalnya pada poster lomba jurnalistik yang berisi banyak elemen layout: judul (tema), deck, subjudul (syarat peserta, pendaftaran, kriteria penilaian), bodytext dan mandatories, semua didesain lebih untuk tujuan informatif, bukan artistik. Berbeda dengan poster ikalan misalnya, walaupun sangat sedikit menggunakan elemen layout, namun sarat kandungan dengan nilai artistik dan pesan yang dalam. Kesemuanya adalah hasil pengolahan elemen- elemen desain dan layout yang diatur berdasarkan tujuan dari masing- masing poster tersebut.

Fungsi poster sebagai media penyampaian informasi, digunakan untuk mempromosikan sesuatu, propaganda, kampanye sosial dan lain- lain.



Robin Landa mengemukakan pendapat yang layak dijadikan petunjuk dalam mendesain poster. Menurutnya, desain poster bisa hanya berupa teks atau gabungan antara teks dan ilustrasi (visual). Elemen visual ini bisa abstrak, gambar realis, simbolik, ilustratif, grafik, fotografi, kolase atau kombinasi. Teks yang berupa rangkaian huruf juga dapat berfungsi sebagai ilustrasi (Rakhmat Supriyono, 2010).

Menurut Landa, kriteria desain poster harus dikaitkan dengan tujuan- tujuan poster itu sendiri, yaitu:
a.       Menyampaikan informasi secara jelas dan mudah dipahami.
b.      Menciptakan desain yang seketika dapat dibaca dan dipahami.
c.       Menciptakan desain yang mudah dibaca dari kejauhan.
d.      Menyampaikan informasi penting yang dibutuhkan pembaca.
e.       Menyusun informasi dengan urutan yang mudah diikuti.
f.       Menyusun elemen visual secara hierarki dan menyatu.
g.      Menyusun elemen- elemen poster berdasarkan prinsip- prinsip desain grafis.
h.      Membuat desain yang sesuai dengan subjek, audiens dan lingkungannya.
i.        Mengekspresikan spirit dari subjek atau pesan yang disampaikan.

Prinsip Desain

Prinsip Desain
Ada beberapa jurus layout yang dalam desain komunikasi visual sering disebut prinsip- prinsip desain. Rumus klasik ini perlu  dipahami karena cukup efektif sebagai panduan kerja maupun sebagai konsep desain.
Pada umumnya, desain grafis yang baik selalu memenuhi prinsip- prinsip desain tersebut. Desainer yang sudah berpengalaman dan memiliki imajinasi tinggi sering punya ide- ide besar yang unexpected. Desainer bukan lagi fokus pada prinsip- prinsip basic design, melainkan lebih berpikir bagaimana merampok perhatian pembaca dengan eye- grabber yang dramatis dan mengejutkan. Bagaimanapun, desainer profesional secara otomatis bekerja atas dasar jurus- jurus desain yang sudah di luar kepala.
Prinsip- prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

Keseimbangan (Balance)

Keseimbangan atau balance adalah pembagian sama berat, baik secara visual maupun optik. Komposisi desain dapat dikatakan seimbang apabila objek di bagian kiri dan kanan terkesan sama berat. Ada dua pendekatan untuk menciptakan balance

Pertama dengan membagi sama berat kiri- kanan atau atas- bawah secara simetris atau setara disebut keseimbangan formal (formal balance).

Kedua adalah keseimbangan asimetris (informal balance), yaitu penyusunan elemen- elemen desain yang tidak sama antara sisi kiri dan sisi kanan namun terasa seimbang.

Keseimbangan asimetris tampak lebih dinamis, variatif, surprise dan tidak formal. Sementara keseimbangan simetris (formal) mempunyai kesan kokoh dan stabil, sesuai untuk citra tradisional dan konservatif. Layout asimetris sering digunakan untuk publikasi hiburan, acara anak- anak dan dunia remaja yang memiliki karakter dinamis dan tidak formal.

Tekanan (Emphasis)


Informasi yang  dianggap paling penting untuk disampaikan ke pembaca harus ditonjolkan secara mencolok melalui elemen visual yang kuat. Penekanan atau penonjolan ini bisa dilakukan dengan beberapa cara, antara lain dengan menggunakan warna mencolok, ukuran foto/ ilustrasi yang dibuat paling besar, menggunakan huruf sans serif, ukuran besar, arah diagonal, dan dibuat berbeda dengan elemen- elemen lain. Informasi yang paling penting ini harus pertama kali merebut perhatian pembaca.
Dalam desain komunikasi visual, dikenal sebagai focal point, yaitu penonjolan salah satu elemen visual dengan tujuan untuk menarik perhatian. Focal point juga sering disebut center of interest, pusat perhatian. 
Irama (Rhythm)

Irama adalah pola layout yang dibuat dengan cara menyusun elemen- elemen visual secara berulang- ulang. Irama visual dalam desain grafis dapat berupa repetisi dan variasi. Repetisi adalah irama yang dibuat dengan penyusunan elemen berulang kali secara konsisten. Sementara itu, variasi perulangan elemen visual disertai perubahan bentuk, ukuran atau posisi.

Penyusunan elemen- elemen visual dengan interval yang teratur dapat menciptakan kalem dan statis. Sebaliknya, pergantian ukuran, jarak dan posisi elemen dapat menciptakan suasan riang, dinamis, tidak monoton dan membosankan.

Kesatuan (Unity
Jurus pungkas dari desain komunikasi visual adalah kesatuan. Desain dikatakan menyatu apabila secara keseluruhan tampak harmonis, ada kesatuan antara tipografi, ilustrasi, warna dan unsur- unsur desain lainnya. 

Menciptakan kesatuan pada desain yang hanya memiliki satu muka, seperti poster dan iklan, relatif lebih mudah dibandingkan bentuk buku atau folder yang memiliki beberapa halaman. Pada desain majalah atau buku, kesatuan dapat dilakukan dengan cara- cara berikut:
a.       Mengulang warna, bidang, garis, grid atau elemen yang sama pada setiap halaman.
b.      Menyeragamkan jenis huruf untuk judul, body copy, dan caption.
c.       Menggunakan unsur- unsur visual yang memiliki kesamaan warna, tema atau bentuk.
d.      Gunakan satu atau dua jenis huruf dengan variasi ukuran dan style (bold, italic, dan sebagainya).

Elemen Desain

Elemen Desain
Dalam mendesain, terlebih dahulu perlu mengenal materi- materi dasar dan tahu cara penataannya sehingga dapat menghasilkan komposisi desain yang harmonis, menarik, komunikatif dan dapat menyenangkan pembaca.
Adapun elemen- elemen desain yaitu:

Garis (Line
Garis tidak memiliki kedalaman (depth), hanya memiliki ketebalan yang panjang. Oleh karena itu, garis disebut elemen satu dimensi.
Wujud garis sangat bervariasi,  dapat dimamfaatkannya sesuai dengan kebutuhan dan citra yang diinginkan. Garis lurus mempunyai kesan kaku dan formal. Garis lengkung memberi kesan lembut dan luwes. Garis zigzag terkesan keras dan dinamis. Garis tak beraturan punya kesan fleksibel dan tidak formal. Berbagai macam garis tersebut dapat digunakan untuk merepresentasikan citra produk, jasa, korporasi atau organisasi.

Bidang (Shape)
 Segala bentuk apa pun yang memiliki dimensi tinggi dan lebar disebut bidang. Bidang dapat berupa bentuk- bentuk geometris (lingkaran, segitiga, segiempat, elips, setengah lingkaran dan sebagainya) dan bentuk- bentuk tidak beraturan. Bidang geometris memiliki kesan formal dan bidang non- geometris memiliki kesan tidak formal, santai dan dinamis.
 Bidang dalam desain grafis tidak sebatas itu saja. Area kosong di antara elemen- elemen visual dan space yang memiliki foto, bisa pula disebut sebagai bidang. Bidang kosong (blank space) bahkan bisa dianggap sebagai elemen desain seperti halnya warna, bentuk dan sebagainya.
Untuk menambah kenyamanan baca,  dapat mengatur jarak antar judul dengan margin atas, jarak antara teks dengan foto, atau mengatur blank space yang mengelilingi judul, foto, ilustrasi, dan unsur visual lainnya sehingga terasa nyaman, tidak berdesakan.

Warna (Color)
Salah satu elemen visual yang dapat dengan mudah menarik perhatian pembaca adalah warna. Dalam penggunaan warna perlu berhati- hati . Apabila penggunaan warna kurang tepat maka dapat merusak citra, mengurangi nilai keterbacaan, dan bahkan dapat menghilangkan gairah baca. Jika menggunakan dengan tepat, warna dapat membantu menciptakan mood dan membuat teks lebih berbicara. Sebagai contoh, desain publikasi yang menggunakan warna- warna soft dapat menyampaikan kesan lembut, tenang dan romantik. Warna- warna kuat dan kontras dapat memberi kesan dinamis, cenderung meriah. Kekuatan warna sangat dipengaruhi oleh background

  Gelap- Terang (Value)
Salah satu cara untuk menciptakan kemudahan baca adalah dengan menyusun unsur- unsur visual secara kontras gelap- terang. Kontras gelap-terang bersifat relatif, sangat dipengaruhi oleh background dan elemen- elemen lain di sekitarnya. Kontras gelap-terang dalam desain komunikasi visual dapat digunakan untuk menonjolkan pesan atau informasi, sekaligus menciptakan citra. Penggunaan warna- warna yang kurang kontras (low contrast value) dapat menciptakan kesan kalem, damai, statis dan tenang. Sebaliknya komposisi warna- warna kontras (high contrast value) memberikan kesan dinamis, enerjik, riang, dramatis dan bergairah. Kontras gelap-terang dapat dibuat dengan memadukan warna- warna terang (putih, kuning, hijau muda dan lain- lain) dengan warna- warna gelap (hitam, ungu, biru tua, dan lain- lain). 

 Tekstur (Texture)
Dalam  desain grafis, tekstur dapat bersifat nyata dan dapat pula tidak nyata (tekstur semu). Karya- karya desain grafis umumnya cetak di atas kertas halus, seperti HVSart paperivory dan lain- lain. Memang ada beberapa barang cetakan yang menggunakan media bertekstur kasar, tetapi sangat jarang. Tekstur kasar hanya dugunakan untuk desain- desain spesial.
Tekstur dalam konteks desain komunikasi visual lebih cenderung pada tekstur semu, yaitu kesan visual dari suatu bidang. Sebagai contoh, bidang cetak yang kosong, tidak ada gambar maupun tulisan, dapat memberikan kesan tekstur halus. Sebaliknya, bidang yang memuat susunan huruf teks (body- text) dengan ukuran 11 point memiliki kesan tekstur cukup kasar, dan susunan huruf untuk judul dengan ukuran lebih besar akan memberikan kesan tekstur lebih kasar.
Tekstur sering digunakan untuk mengatur keseimbangan dan kontras. Di komputer tersedia banyak citra tekstur dari komputer karena hasilnya kurang eksklusif, tidak menunjukkan kreativitas dan orisinilitas. Banyak cara untuk membuat tekstur. Di alam raaya ini, sangat banyak tekstur alam benda yang dapat digunakan sebagai elemen desain komunikasi visual. Sebagai contoh: kulit kayu, anyaman bambu, batu candi, hamparan pasir di pantai, dan benda- benda alam lainnya. Anda tinggal tinggal memotret benda tersebut untuk dijadikan background halaman brosur, misalnya.

Format
Besar-kecilnya elemen visual perlu Anda perhitungkan secara cermat sehingga desain komunikasi visual memiliki nilai kemudahan baca (legibility) yang tinggi. Langkah pertama untuk mempermudah penyusunan elemen- elemen desain adalah dengan membuat skala prioritas (visual hierarchy). Tulis semua informasi yang akan disampaikan dengan cara mengurutkan mulai dari informasi yang paling penting, sampai ke elemen yang paling tidak penting. Sehingga informasi mana yang penting didahulukan untuk dibaca pembaca. Informasi yang dianggap paling penting, baik verbal maupun visual, perlu ditonjolkan dengan ukuran lebih besar dan mencolok. Demikian pula warna, bentuk dan posisinya, secara visual perlu dibuat kontras dan menonjol sehingga menjadi focal point.
Besar- kecilnya ukuran huruf untuk judul, subjudul dan teks sebaiknya  perhitungan sehingga dapat mempermudah pembaca dalam memilih informasi mana yang perlu dibaca pertama, kedua dan seterusnya. Demikian pula dengan foto, jika  menggunakan beberapa foto maka perlu dicermati foto mana yang lebih penting untuk dibuat lebih besar dari foto- foto lain yang kurang penting. Perbedaan ukuran yang diperhitungkan secara proporsional akan membantu pembaca dalam memilih informasi yang perlu didahulukan. Jangan sekali- sekali berpikir bahwa semua informasi yang disajikan itu penting sehingga semua elemen dibuat besar dan mencolok. Cara seperti ini kurang efektif, hasilnya tampak seperti suasana pasar malam yang crowded, semua berteriak ingin diperhatikan. Anda harus menentukan hierarki visual, yaitu mulai dari yang sangat penting, penting dan kurang penting.


Minggu, 04 Oktober 2015

Desain Grafis



Desain grafis berasal dari dua kata, yaitu “Desain” yang berarti merancang dan “Grafis” yang berarti menggambar, dan bertujuan untuk menyampaikan informasi atau pesan (berkomunikasi). Jadi desain grafis adalah merancang komunikasi dengan gambar. Desain Grafis dalam pandangan Ilmu Komunikasi adalah metode menyampaikan pesan visual berbentuk teks, gambar dan elemen- elemen desain dari komunikator kepada komunikan. Sekarang ini, desain grafis disebut sebagai desain komunikasi visual.


Secara garis besar, desain grafis dibedakan menjadi beberapa kategori :
  • Printing (Percetakan) yang memuat desain buku, majalah, poster, booklet, leaflet, flyer, pamflet, periklanan, dan publikasi lain yang sejenis. 
  • Web Desain: desain untuk halaman web. 
  • Film termasuk CD, DVD, CD multimedia untuk promosi. 
  • Identifikasi (Logo), EGD (Environmental Graphic Design) : merupakan desain profesional yang mencakup desain grafis, desain arsitek, desain industri, dan arsitek taman. 
  • Desain Produk, Pemaketan dan sejenisnya.

Dalam blog ini, saya membahas desain grafis yang diimplementasikan dalam media cetak.

Media cetak adalah suatu media yang statis dan menggunakan pesan- pesan visual. Media ini terdiri dari lembaran dengan sejumlah kata, gambar, atau foto dalam tata warna dan halaman putih. Fungsi utama media cetak adalah memberi informasi dan menghibur. Media cetak adalah suatu dokumen atas segala hal yang dikatakan orang lain dan rekaman peristiwa yang ditangkap sang jurnalis dan diubah dalam bentuk kata- kata, gambar, foto dan sebagainya.