Kamis, 19 November 2015

Tipografi

Tipografi merupakan ilmu memilih dan menata huruf sesuai dengan pengaturannya pada ruang- ruang tersedia guna menciptakan kesan tertentu, sehingga menolong pembaca mendapat kenyamanan membaca semaksimal mungkin. Dikenal pula seni tipografi, yaitu karya atau desain yang menggunakan pengaturan huruf sebagai elemen utama. Dalam seni tipografi, pengertian huruf sebagai lambang bunyi bisa diabaikan.
Sejarah perkembangan tipografi dimulai dari penggunaan pictograph. Bentuk bahasa ini antara lain dipergunakan oleh bangsa Viking Norwegia dan Indian Sioux. Di Mesir berkembang jenis huruf Hieratia, yang terkenal dengan nama Hieroglyp pada sekitar abad 1300 SM. Bentuk tipografi ini merupakan akar dari bentuk Demotia, yang mulai ditulis dengan menggunakan pena khusus. Bentuk tipografi tersebut akhirnya berkembang sampai di Kreta, lalu menjalar ke Yunani dan akhirnya menyebar ke seluruh Eropa.
Puncak perkembangan tipografi, terjadi kurang lebih pada abad 8 SM di Roma, saat orang Romawi mulai membentuk kekuasaannya. Karena bangsa Romawi tidak memiliki sistem tuliusan sendiri, mereka mempelajari sistem tulisan Etruska yang merupakan penduduk asli Italia serta meyempurnakannya hingga terbentuk huruf- huruf Romawi. Saat ini tipografi mengalami perkembangan dari fase penciptaan dengan tangan hingga mengalami komputerisasi. Fase komputerisasi membuat penggunaan tipografi menjadi lebih mudah dan dalam waktu yang lebih cepat dengan jenis pilihan huruf berjumlah ratusan bahkan ribuan. Tipogafi dibagi dalam 2 jenis:
a.       Tipografi merupakan ilmu memilih dan menata huruf sesuai dengan pengaturannya pada ruang- ruang yang tersedia guna menciptakan kesan tertentu, sehingga pembaca mendapat kenyamanan membaca semaksimal mungkin.
b.      Seni tipografi, karya atau desain yang mengguanakan huruf sebagai elemen utamanya.
Tipografi atau typography menurut Roy Brewer (1971) dapat memiliki pengertian luas yang meliputi penataan dan pola halaman, atau setiap barang cetak. Atau dalam pengertian lebih sempit hanya meliputi pemilihan penataaan, dan berbagai hal terkait pengaturan baris- baris susunan huruf (typeset), tidak termasuk illustrasi dan unsur lain, atau susunan huruf pada halaman cetak (Ibnu Teguh Wibowa, 2013).     
Peran tipogafi sendiri mengkomunikasikan ide atau informasi dari halaman ke pengamat. Terkadang secara tidak sadar, kita selalu berhubungan dengan tipografi setiap hari dan setiap saat seperti koran  majalah, label pakaian, dan masih banyak contoh- contoh yang lain.
Adapun pedoman penggunaan tipogafi yang benar adalah:
a.       Readability (keterbacaan), merupakan tingkat atau level dimana sebuah tulisan dapat dipahami atau dibaca dengan mudah berdasarkan kompleksitas penggunaan kata- kata dalam kalimat.
b.      Clarity (kejelasan), adalah hal yang paling penting dalam memilih suatu jenis huruf. Menurut David Oligilvy, tipogafi yang baik adalah yang “menolong” orang untuk membaca, sebaliknya yang buruk adalah yang “mencegah” orang untuk membaca (Ibnu Teguh Wibowo, 2013).
c.       Visibility (dapat dilihat), pemakaian orang untuk membaca, sebaliknya yang buruk tipe huruf harus disesuaikan dengan komposisi yang baik. Peletakan huruf yang terhalang oleh gambar atau warna yang hampir sama dengan latar belakang mempersulit pembaca.
d.      Legibility, merupakan kejelasan visual dan penulisan teks biasanya berdasarkan ukuran, jenis huruf, kontras, text block dan spasi antara huruf yang digunakan.

Secara tradisional istilah tipografi berkaitan erat dengan setting huruf dan pencetakannya. Pengaruh perkembangan teknologi digital yang sangat pesat pada masa kini membuat maknanya makin meluas. Kini tipografi dimaknai sebagai segala disiplin yang berkenaan dengan huruf. Pada prakteknya, saat ini tipografi telah jauh berkolaborasi dengan bidang- bidang lain, seperti multimedia dan animasi, web dan online media lainnya, sinematogafi, interior, arsitektur, desain produk dan lain- lain. (Surianto Rustan, S.Sn, 2011).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar