Rabu, 30 Desember 2015

Media Lini Bawah (Below The Line/ BTL)

Media Lini Bawah (Below The Line/ BTL) adalah bentuk iklan yang tidak disampaikan disiarkan melalui media massa, dan biro iklan tidak memungut komisi/ pembayaran atas pemasangannya/ penyiarannya.
Below The Line (BTL) bisa berarti juga segala aktifitas marketing atau promosi yang dilakukan ditingkat retail/ konsumen dengan salah satu tujuannya adalah merangkul konsumen supaya aware dengan produk kita, contohnya: program brosur/ hadiah, event, pembinaan konsumen dan lain- lain. Semua aktifitas ini biasanya dilakukan oleh kantor perwakilan di daerah yang menjadi area pemasarannya.

Pada intinya defenisi below the line adalah bentuk iklan yang tidak disampaikan atau disiarkan melalui media massa, dan biro iklan tidak memungut komisi atas penyiarannya/ pemasangannya. Kegiatan promosi below the line suatu brand paling banyak yang dilakukan melalui beragam event. Dengan event ini, konsumen akan berhubungan langsung dengan brand, sehingga bisa terjadi komunikasi antara brand dan konsumen. Beragam pendekatan dalam melakukan brand activation ini sudah banyak dilakukan.

Media Lini Atas (Above The Line/ ATL)

Media Lini Atas (Above The Line/ ATL) adalah jenis iklan yang pemasangannya mengharuskan adanya pembayaran/ komisi kepada biro iklan. Dimuat dalam media cetak (surat kabar dan majalah), media elektronik (radio, TV dan bioskop), serta media luar ruang (papan reklame, billboard dan angkutan/ transit).
a.       Media Cetak
Media cetak adalah suatu media yang statis dan menggunakan pesan- pesan visual. Media ini terdiri dari lembaran dengan sejumlah kata, gambar, atau foto dalam tata warna dan halaman putih. Fungsi utama media cetak adalah memberi informasi dan menghibur. Media cetak adalah suatu dokumen atas segala hal yang dikatakan orang lain dan rekaman peristiwa yang ditangkap sang jurnalis dan diubah dalam bentuk kata- kata, gambar, foto dan sebagainya.
Pada Surat Kabar hadir dalam berbagai bentuk yang sejenisnya tergantung pada frekuensi terbit, bentuk, kelas ekonomi pembaca, peredarannya serta penekanan isinya. Kebanyakan Surat Kabar mengandalkan hidup dari iklan. Iklan telah mampu mensubsidi harga ecerannya. Surat Kabar  merupakan media utama yang banyak digunakan dalam periklanan di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh jangkauan distribusi Surat Kabar dan media lainnya (radio dan TV) dibatasi, serta harga satuannya yang  murah dan dapat dibeli ecerean.
Berbeda dengan Surat Kabar, majalah telah jauh lebih menspesialisasikan produknya untuk menjangkau konsumen tertentu. Setiap majalah umumnya mempunyai  pembaca yang jauh lebih sedikit dari pada pembaca Surat Kabar, namun memiliki pasar yang lebih mengelompok. Usia majalah juga lebih panjang. Majalah memiliki kedalaman isi yang jauh lebih berbeda dari Surat Kabar yang hanya menyajikan berita. Di samping itu, majalah menemani pembaca dengan menyajikan cerita atas berbagai kejadian dengan tekanan pada unsur menghibur atau mendidik.
Kebanyakan majalah yang ada memang diterbitkan untuk menghibur kaum wanita (remaja maupun dewasa). Salah satu penyebabnya adalah karena segmen ini cukup potensial untuk pemasaran produk- produk tertentu seperti kosmetik, busana, aksesoris, perabotanm dan alat- alat pembersih rumah, mobil, toileteries, makanan, real estate, pasar swalayan dan lain- lain.
Majah- majalah ini umumnya memuat iklan berlingkup nasional dengan produk bermutu tinggi untuk mencapai sasaran konsumen menengah ke atas. Umumnya majalah yang ada diterbitkan oleh penerbit- penerbit dari ibukota. Sedikit sekali, untuk mengatakan tidak ada, majalah dari daerah bertujuan untuk menjaring lokal.
b.      Media Elektronik
Seperti halnya majalah, radio adalah media yang memiliki jangkauan selektif terhadap segmen pasar tertentu. Sebagai media, radio memiliki beberapa kekuatan seperti: menjangkau khalayak sasaran yang cukup besar pada waktu bersamaan dan yang hidup di daerah terpencil, cepat mennyampaikan pesan sehingga memberikan informasi muktakhir dan berguna, mengatasi berbagai hal geografis.
Begitupula halnya dengan televisi, namun pada televisi kita dapat melihat visualisanya. Dan pada bioskop menjadi sasaran khusus bagi para pengiklan yang memang berniat menjangkau kalangan muda sebagai pemirsa atau konsumen mereka.
c.       Media Luar Ruangan

Fungsi utam media ini adalah mendukung kampanye iklan untuk mengingatkan, atau sebagai media sekunder untuk mendukung kampanye iklan di media cetak atau TV.

Fungsi dan Tujuan Promosi

Fungsi media promosi yaitu:
a.  Mencari dan mendapatkan perhatian dari calon konsumen. Perhatian calon konsumen harus diperoleh, karena merupakan titik awal proses pengambilan keputusan di dalam membeli suatu barang atau jasa.
b.  Menciptakan dan menumbuhkan interest pada diri calon  konsumen. Perhatian yang sudah diberikan oleh seseorang mungkin akan dilanjutkan pada tahap berikutnya atau mungkin berhenti. Yang dimaksudkan dengan tahap berikutnya ini adalah timbulnya rasa tertarik dan rasa tertarik ini yang akan menjadi fungsi utama promosi.

c.     Pengembangan rasa ingin tahu (desire) calon pembeli untuk memiliki barang yang ditawarkan. Hal ini merupakan kelanjutan dari tahap sebelumnya. Setelah seseorang tertarik pada sesuatu, maka timbul rasa ingin  memilikinya. Bagi calon konsumen merasa mampu (dalam hal harga, cara pemakaiannya, dan sebagainya), maka rasa ingin memilikinya ini semakin besar diikuti oleh suatu keputusan untuk membeli.
Tujuan  promosi yaitu:
a.  Menginformasikannya, maksudnya adalah menginformasikan pasar tentang produk baru, mengemukakan manfaat baru sebuah produk, menginformasikan pasar tentang perubahan harga, ,enjelaskan bagaimana produk bekerja, menggambarkan jasa yang tersedia, memperbaiki kesan yang salah, mengurangi ketakutan pembeli, membangun citra perusahaan.
b.      Membujuk, maksudnya mengubah presepsi mengenai atribut produk agar diterima pembeli.
c. Mengingatkan, maksudnya agar produk tetap diingat pembeli sepanjang masa, mempertahankan kesadaran akan produk yang paling mendapat perhatian.
Setelah diadakan promosi pada konsumen yang diharapkan, yaitu adanya pembelian dan adanya kepuasan yang tinggi. Pembelian adalah akhir dari proses komunikasi. Pembelian juga memiliki keterikatan yang tinggi dengan produk yang paling mendapatkan perhatian. Konsumen juga memiliki keterikatan yang tinggi dengan produk yang dikonsumsinya.
Ada enam hal yang dapat menjelaskan komunikasi tersebut yaitu:
a.      Kesadaran (Awareness)
Jika sebagian besar audiens sasaran tidak menyadari obyek tersebut, maka tugas komunikator adalah membangun kesadaran mengenai produk dan terus mengenalkan produk ke audiens.
b.      Pengetahuan (Knowledge)
Diharapkan audiens memiliki kesadarn tentang perusahaan atau produk yang telah dikeluarkan dan jangan sampai audiens tidak mengetahui produk tersebut.
c.       Menyukai (Liking)
Dapat mengetahui perasaan mereka terhadap produk yang dikonsumsi oleh audiens, sehingga audiens dapat menyukai produk tersebut.
d.      Preferensi (Preference)
Dapat dikatakan audiens menyukai produk tersebut dan lebih memilih produk itu dibanding produk lain.
e.       Keyakinan (Conviction)
Audiens diharapakan yakin untuk membeli produk yang sudah dipilihnya.
f.       Pembelian (Purchase)
Pembelian yang dilakukan audiens, adalah tahap terakhir dalam komunikasi.

Pegertian Promosi

Promosi menunjuk pada berbagai aktivitas yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan keunggulan produknya dan membujuk para pelanggan dan konsumen sasaran untuk membeli produk tersebut. Sehingga dapat disimpulkan mengenai promosi yaitu dasar kegitan promosi adalah komunikasi perusahaaan dengan konsumen untuk mendorong terciptanya penjualan.
Promosi merupakan kegitan terpenting, yang berperan aktif dalam memperkenalkan, memberitahukan dan meningkatkan kembali manfaat suatu produk agar mendorong konsumen untuk membeli produk yang dipromosikan tersebut. Untuk mengadakan promosi, setiap perusahaan harus dapat menentukan dengan tepat alat promosi manakah yang dipergunakan agar dapat mencapai keberhasilan dalam penjualan.
Menurut Basu Swastha DM dan Irawan (1999), promosi merupakan intensif jangka pendek untuk mendorong pembelian atau penjualan dari suatu prodak atau jasa (Muhammad Jaiz, 2014).
Menurut Stanson (1999), promosi adalah kombinasi strategi yang paling baik dari variabel- variabel periklanan, penjualan personal dan alat promosi yang lain, yang semuanya direncanakan untuk mencapai tujuan program penjualan (Muhammad Jaiz, 2014).
Menurut Lamb, Hair, Mc- Daniel (2001), promosi adalah komunikasi dari para penjual yang menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan para calon pembeli suatu produk dalam rangka mempengaruhi pendapat mereka atau memperoleh suatu respon (Muhammad Jaiz, 2014).

Senin, 14 Desember 2015

Format dalam Desain

Besar-kecilnya elemen visual perlu Anda perhitungkan secara cermat sehingga desain komunikasi visual memiliki nilai kemudahan baca (legibility) yang tinggi. Langkah pertama untuk mempermudah penyusunan elemen- elemen desain adalah dengan membuat skala prioritas (visual hierarchy). Tulis semua informasi yang akan Anda sampaikan. Urutkan dari atas, mulai dari informasi yang paling penting, sampai ke elemen yang paling tidak penting. Hal ini seolah- olah Anda hendak menyarankan pada pembaca informasi mana yang perlu didahulukan untuk dibaca. Informasi yang dianggap paling penting, baik verbal maupun visual, perlu ditonjolkan dengan ukuran lebih besar dan mencolok. Demikian pula warna, bentuk dan posisinya, secara visual perlu dibuat kontras dan menonjol sehingga menjadi focal point.

Besar- kecilnya ukuran huruf untuk judul, subjudul dan teks sebaiknya Anda perhitungan sehingga dapat mempermudah pembaca dalam memilih informasi mana yang perlu dibaca pertama, kedua dan seterusnya. Demikian pula dengan foto, jika Anda menggunakan beberapa foto maka perlu dicermati foto mana yang lebih penting untuk dibuat lebih besar dari foto- foto lain yang kurang penting. Perbedaan ukuran yang diperhitungkan secara proporsional akan membantu pembaca dalam memilih informasi yang perlu didahulukan. Jangan sekali- sekali berpikir bahwa semua informasi yang disajikan itu penting sehingga semua elemen dibuat besar dan mencolok. Cara seperti ini kurang efektif, hasilnya tampak seperti suasana pasar malam yang crowded, semua berteriak ingin diperhatikan. Anda harus menentukan hierarki visual, yaitu mulai dari yang sangat penting, penting dan kurang penting.

Kamis, 19 November 2015

Tipografi

Tipografi merupakan ilmu memilih dan menata huruf sesuai dengan pengaturannya pada ruang- ruang tersedia guna menciptakan kesan tertentu, sehingga menolong pembaca mendapat kenyamanan membaca semaksimal mungkin. Dikenal pula seni tipografi, yaitu karya atau desain yang menggunakan pengaturan huruf sebagai elemen utama. Dalam seni tipografi, pengertian huruf sebagai lambang bunyi bisa diabaikan.
Sejarah perkembangan tipografi dimulai dari penggunaan pictograph. Bentuk bahasa ini antara lain dipergunakan oleh bangsa Viking Norwegia dan Indian Sioux. Di Mesir berkembang jenis huruf Hieratia, yang terkenal dengan nama Hieroglyp pada sekitar abad 1300 SM. Bentuk tipografi ini merupakan akar dari bentuk Demotia, yang mulai ditulis dengan menggunakan pena khusus. Bentuk tipografi tersebut akhirnya berkembang sampai di Kreta, lalu menjalar ke Yunani dan akhirnya menyebar ke seluruh Eropa.
Puncak perkembangan tipografi, terjadi kurang lebih pada abad 8 SM di Roma, saat orang Romawi mulai membentuk kekuasaannya. Karena bangsa Romawi tidak memiliki sistem tuliusan sendiri, mereka mempelajari sistem tulisan Etruska yang merupakan penduduk asli Italia serta meyempurnakannya hingga terbentuk huruf- huruf Romawi. Saat ini tipografi mengalami perkembangan dari fase penciptaan dengan tangan hingga mengalami komputerisasi. Fase komputerisasi membuat penggunaan tipografi menjadi lebih mudah dan dalam waktu yang lebih cepat dengan jenis pilihan huruf berjumlah ratusan bahkan ribuan. Tipogafi dibagi dalam 2 jenis:
a.       Tipografi merupakan ilmu memilih dan menata huruf sesuai dengan pengaturannya pada ruang- ruang yang tersedia guna menciptakan kesan tertentu, sehingga pembaca mendapat kenyamanan membaca semaksimal mungkin.
b.      Seni tipografi, karya atau desain yang mengguanakan huruf sebagai elemen utamanya.
Tipografi atau typography menurut Roy Brewer (1971) dapat memiliki pengertian luas yang meliputi penataan dan pola halaman, atau setiap barang cetak. Atau dalam pengertian lebih sempit hanya meliputi pemilihan penataaan, dan berbagai hal terkait pengaturan baris- baris susunan huruf (typeset), tidak termasuk illustrasi dan unsur lain, atau susunan huruf pada halaman cetak (Ibnu Teguh Wibowa, 2013).     
Peran tipogafi sendiri mengkomunikasikan ide atau informasi dari halaman ke pengamat. Terkadang secara tidak sadar, kita selalu berhubungan dengan tipografi setiap hari dan setiap saat seperti koran  majalah, label pakaian, dan masih banyak contoh- contoh yang lain.
Adapun pedoman penggunaan tipogafi yang benar adalah:
a.       Readability (keterbacaan), merupakan tingkat atau level dimana sebuah tulisan dapat dipahami atau dibaca dengan mudah berdasarkan kompleksitas penggunaan kata- kata dalam kalimat.
b.      Clarity (kejelasan), adalah hal yang paling penting dalam memilih suatu jenis huruf. Menurut David Oligilvy, tipogafi yang baik adalah yang “menolong” orang untuk membaca, sebaliknya yang buruk adalah yang “mencegah” orang untuk membaca (Ibnu Teguh Wibowo, 2013).
c.       Visibility (dapat dilihat), pemakaian orang untuk membaca, sebaliknya yang buruk tipe huruf harus disesuaikan dengan komposisi yang baik. Peletakan huruf yang terhalang oleh gambar atau warna yang hampir sama dengan latar belakang mempersulit pembaca.
d.      Legibility, merupakan kejelasan visual dan penulisan teks biasanya berdasarkan ukuran, jenis huruf, kontras, text block dan spasi antara huruf yang digunakan.

Secara tradisional istilah tipografi berkaitan erat dengan setting huruf dan pencetakannya. Pengaruh perkembangan teknologi digital yang sangat pesat pada masa kini membuat maknanya makin meluas. Kini tipografi dimaknai sebagai segala disiplin yang berkenaan dengan huruf. Pada prakteknya, saat ini tipografi telah jauh berkolaborasi dengan bidang- bidang lain, seperti multimedia dan animasi, web dan online media lainnya, sinematogafi, interior, arsitektur, desain produk dan lain- lain. (Surianto Rustan, S.Sn, 2011).

Layout

Pada dasarnya layout dapat dijabarkan sebagai tata letak elemen- elemen desain terhadap suatu bidang dalam media tertentu untuk mendukung konsep/ pesan yang dibawanya.
Me- layout adalah suatu proses/ tahapan kerja dalam mendesain. Dapat dikatakan bahwa desain merupakan arsiteknya, sedangkan layout pekerjanya. Namun defenisi  layout dalam perkembangannya sudah sangat meluas dan melebur dengan defensi  desain itu sendiri, sehingga banyak orang mengatakan bahwa me- layout itu sama dengan mendesain.
Prinsip dasar layout adalah juga prinsip dasar desain grafis, antara lain:
a.    Urutan (Sequence), banyak juga yang menyebutnya dengan istilah hierarki/ flow/ aliran. Kita membuat prioritas dan mengurutkan dari yang harus dibaca pertama sampai yang boleh dibaca belakangan.
b.      Penekanan (Emphasis) dapat dilakukan dengan berbagai cara:
1.      Memberikan ukuran yang jauh lebih besar dibandingkan elemen- elemen layout lainnya pada halaman tersebut.
2.      Warna yang kontras/ berbeda sendiri dengan latar belakang dan elemen lainnya.
3.      Letakkan di posisi yang strategis atau yang menarik perhatian. Bila pada umumnya, kebiasaan orang membaca dari atas ke bawah dan dari kiri ke kanan, maka posisi yang paling pertama dilihat orang adalah sebelah kiri atas.
4.      Menggunakan bentuk atau style dengan sekitarnya.
c.    Keseimbangan (Balance), pembagian berat yang merata bukan berarti seluruh bidang layout harus dipenuhi dengan elemen, tetapi lebih pada menghasilkan kesan seimbang dengan menggunakan elemen- elemen yang dibutuhkan dan meletakkannya pada tempat yang tepat. Tidak hanya pengaturan letak, tapi juga ukuran, arah, warna dan atribut- atribut lainnya. Ada dua macam keseimbangan suatu layout, yaitu: keseimbangan yang simetris (symetrical balance/ formal balance), dan keseimbangan yang tidak simetris (assymetrical balance/ informal balance).

d. Kesatuan (Unity), menciptakan kesatuan secara keseluruhan yang mencakup selarasnya elemen- elemen yang terlihat secara fisik dan pesan yang disampaikan dalam konsepnya.

Flyer

Disebut flyer karena latar belakang sejarahnya, media tersebut didistribusikan dengan disebar melalui udara dari pesawat terbang pada jaman perang dunia II sebagai alat propaganda.
Saat ini flyer banyak digunakan oleh berbagai bidang: jasa kuliner dibagikan di mal- mal, properti, elektronik dan lainya dibagikan di kompleks- kompleks perumahan atau pada saat pameran, jasa hiburan malam seperti cafe dan klab malam, publistas acara- acara sosial dan lain sebagainya.
Cara pendistribusian flyer ada berbagai macam: dibagikan langsung ke pejalan kaki atau pengunjung, diselipkan di pagar, diletakkan di halaman rumah, diselipkan di antara halaman surat kabar, di tempel ke dinding atau tiang, diselipkan pada mobil saat parkir, diletakkan pada flyer- stand di hotel atau di tempat lainnya.
Fungsi flyer sebagai media yang murah untuk publisitas suatu produk/ service/ acara, dan lain- lain.
Ukuran flyer bervariasi, kebanyakan dibuat lebih kecil dari kertas ukuran A4(21cm x 29,7cm) atau pun A4 dibagi 3. Ada yang seukuran A5(14,8cm x 21cm), ada juga. Seringkali hanya dengan difotokopi supaya murah.

Elemen utama (visual maupun  teks), judul, subjudul, bodytext, mandatories antara lain: tempat, tanggal, jam, nama atau nomor yang bisa dihubungi, logo dan lain- lain.

Kamis, 22 Oktober 2015

Media Promosi

Media promosi adalah sarana mengomunikasikan suatu produk atau jasa maupun brand atau perusahaan dan lainnya agar dapat dikenal masyarakat lebih luas.

Media promosi yang paling tua adalah dari mulut ke mulut, dilanjutkan dengan media promosi konvensional berupa: brosur, poster, katalog, pamfletbooklet, spanduk,billboardbannerflyer, reklame, kartu nama, iklan TV, radio, media cetak (koran/ majalah) dan sebagainya.

Media promosi tersebut berkembang dengan maraknya promosi ranah digital seperti promosi melalui jejaring sosial di Facebook, Twitter dan sebagainya. Namun, tidak satu pun media yang benar-benar dikategorikan mutlak dari segi ketepatan dan efektivitas, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. 

Pada kesempatan ini, kita memaparkan 2 media promosi yang digunakan dalam mempromosikan suatu produk, yaitu dengan menggunakan media poster dan flyer.




Gambar 1.1 Poster



Gambar 1.2 Flyer

Perancangan media promosi BATIKTA ini, bertujuan untuk mempromosikan produk dari BATIKTA pada masyarakat mulai dari kalangan remaja berupa poster dan flyer. Dengan bentuk sederhana, desain yang menarik dan akan ditempatkan di tempatkan di event pariwisata, tempat- tempat umum dan di rumah BATIKTA.

Foto yang digunakan pada flyer dan poster sesuai dengan dsain yang dibuat. Konsep foto yang digunakan adalah anak muda (baik pria maupun wanita) yang menggunakan produk BATIKTA. Selain itu juga menggunakan foto gorga Batak sebagai background. 

Warna yang dipilih melambangkan BATIKTA mempromosikan produk yang memiliki ciri khas suku Batak tanpa meninggalkan kesan modren dan elegan pada produk yang ditawarkan dengan harapan produk tersebut dapat menarik perhatian masyarakat.

Sebelum batik terkenal seperti sekarang ini, batik sering dikaitkan dengan kata kuno. Oleh karena itu pada poster dan flyer ini menampilkan model anak mda sebagai salah satu tanda bahwa batik itu tidak kuno seperti dulu, memiliki corak yang bervariasi dengan model pakaian yang fashionable. 









Poster Kegiatan

Poster merupakan salah satu media yang sering kita lihat di dalam keseharian kita entah itu dijalan, sekolah, tempat kerja, mall, dan banyak tempat-tempat lainnya. Yang menjadi salah satu media sosialisasi dan publikasi yang digunakan seseorang atau sekelompok orang untuk memberitahu suatu informasi kepada khalayak ramai. Pada umumnya poster terdiri atas kata-kata, gambar, atau kombinasi antar keduanya.


Dalam membuat poster yang baik dan menarik, perlu diperhatikan langkah-langkah  berikut ini:
  • Menentukan topik dan tujuan 
  • Merumuskan pesan atau amanat yang akan disampaikan
  • Merumuskan kalimat yang singkat, menarik, padat, dan jelas sehingga apabila dibaca orang mudah dimengerti.
  • Menggunakan kalimat yang persuasif, bersifat membujuk, dan mewakili daya sugesti sehingga mudah memengaruhi banyak orang.
  • Menggunakan gambar pendukung tema dengan warna-warna tampilan yang menarik dan sesuai komposisinya.
  • Menggunakan media yang tepat, misalnya kain rentang, papan yang luas, seng, atau lain-lain.
Pada pokok bahasan kali ini, saya akan membahas salah satu macam poster, yaitu "Poster Kegiatan".




Konsep dari poster di atas adalah "Danau Toba Bersih". Pada poster ini, menyampaikan pesan agar orang- orang sekitar maupun pendatang agar tidak membuang sampah sembarang di sekitar daerah mau pun  Danau Toba itu sendiri untuk dapat menjaga kebersihan dan kelestarian  dari lingkungan itu sendiri. Pada poster ini terdapat ilustrasi/ gamabar tangan yang menjatuhkan sampah ke air yang melambangkan orang yang membuang sampah sembarangan ke Danau Toba. Dan ilustrasi perairan dan langit melambangkan lokasi Danau Toba itu sendiri. Dan pada poster terdapat terdapat kata DON'T LITTER TOBA LAKE WITH RUBBISH" yang berati jangan mengotori Danau Toba dengan sampah.

Minggu, 11 Oktober 2015

Poster

Mendesain poster  satu pekerjaan yang sangat menantang kreativitas. Berbagai kemungkinan bisa dilakukan untuk menarik audiens. Anda bebas mengumbar kreativitas, namun tetap sadar bahwa tujuan poster adalah menyampaikan informasi kepada audiens. Poster harus mampu menyampaikan informasi atau pesan pada audiens yang sedang sibuk, hanya dalam bilangan detik. Karena waktu baca yang begitu singkat dan dalam situasi sibuk maka Anda harus menentukan salah satu informasi untuk dijadikan elemen kunci.

Ukuran poster yang besar dengan sendirinya memberikan keleluasaan yang besar kepada desainer dan karena ukuran itu pula poster sangat menarik perhatian bila didesain dengan strategi kreatif dan komunikasi baik.

Seperti karya- karya desain lainnya, poster bisa sangat didominasi oleh segi fungsinya, bisa juga oleh segi kreatifnya yang artistik dan mengandung pesan- pesan yang dalam. Misalnya pada poster lomba jurnalistik yang berisi banyak elemen layout: judul (tema), deck, subjudul (syarat peserta, pendaftaran, kriteria penilaian), bodytext dan mandatories, semua didesain lebih untuk tujuan informatif, bukan artistik. Berbeda dengan poster ikalan misalnya, walaupun sangat sedikit menggunakan elemen layout, namun sarat kandungan dengan nilai artistik dan pesan yang dalam. Kesemuanya adalah hasil pengolahan elemen- elemen desain dan layout yang diatur berdasarkan tujuan dari masing- masing poster tersebut.

Fungsi poster sebagai media penyampaian informasi, digunakan untuk mempromosikan sesuatu, propaganda, kampanye sosial dan lain- lain.



Robin Landa mengemukakan pendapat yang layak dijadikan petunjuk dalam mendesain poster. Menurutnya, desain poster bisa hanya berupa teks atau gabungan antara teks dan ilustrasi (visual). Elemen visual ini bisa abstrak, gambar realis, simbolik, ilustratif, grafik, fotografi, kolase atau kombinasi. Teks yang berupa rangkaian huruf juga dapat berfungsi sebagai ilustrasi (Rakhmat Supriyono, 2010).

Menurut Landa, kriteria desain poster harus dikaitkan dengan tujuan- tujuan poster itu sendiri, yaitu:
a.       Menyampaikan informasi secara jelas dan mudah dipahami.
b.      Menciptakan desain yang seketika dapat dibaca dan dipahami.
c.       Menciptakan desain yang mudah dibaca dari kejauhan.
d.      Menyampaikan informasi penting yang dibutuhkan pembaca.
e.       Menyusun informasi dengan urutan yang mudah diikuti.
f.       Menyusun elemen visual secara hierarki dan menyatu.
g.      Menyusun elemen- elemen poster berdasarkan prinsip- prinsip desain grafis.
h.      Membuat desain yang sesuai dengan subjek, audiens dan lingkungannya.
i.        Mengekspresikan spirit dari subjek atau pesan yang disampaikan.

Prinsip Desain

Prinsip Desain
Ada beberapa jurus layout yang dalam desain komunikasi visual sering disebut prinsip- prinsip desain. Rumus klasik ini perlu  dipahami karena cukup efektif sebagai panduan kerja maupun sebagai konsep desain.
Pada umumnya, desain grafis yang baik selalu memenuhi prinsip- prinsip desain tersebut. Desainer yang sudah berpengalaman dan memiliki imajinasi tinggi sering punya ide- ide besar yang unexpected. Desainer bukan lagi fokus pada prinsip- prinsip basic design, melainkan lebih berpikir bagaimana merampok perhatian pembaca dengan eye- grabber yang dramatis dan mengejutkan. Bagaimanapun, desainer profesional secara otomatis bekerja atas dasar jurus- jurus desain yang sudah di luar kepala.
Prinsip- prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

Keseimbangan (Balance)

Keseimbangan atau balance adalah pembagian sama berat, baik secara visual maupun optik. Komposisi desain dapat dikatakan seimbang apabila objek di bagian kiri dan kanan terkesan sama berat. Ada dua pendekatan untuk menciptakan balance

Pertama dengan membagi sama berat kiri- kanan atau atas- bawah secara simetris atau setara disebut keseimbangan formal (formal balance).

Kedua adalah keseimbangan asimetris (informal balance), yaitu penyusunan elemen- elemen desain yang tidak sama antara sisi kiri dan sisi kanan namun terasa seimbang.

Keseimbangan asimetris tampak lebih dinamis, variatif, surprise dan tidak formal. Sementara keseimbangan simetris (formal) mempunyai kesan kokoh dan stabil, sesuai untuk citra tradisional dan konservatif. Layout asimetris sering digunakan untuk publikasi hiburan, acara anak- anak dan dunia remaja yang memiliki karakter dinamis dan tidak formal.

Tekanan (Emphasis)


Informasi yang  dianggap paling penting untuk disampaikan ke pembaca harus ditonjolkan secara mencolok melalui elemen visual yang kuat. Penekanan atau penonjolan ini bisa dilakukan dengan beberapa cara, antara lain dengan menggunakan warna mencolok, ukuran foto/ ilustrasi yang dibuat paling besar, menggunakan huruf sans serif, ukuran besar, arah diagonal, dan dibuat berbeda dengan elemen- elemen lain. Informasi yang paling penting ini harus pertama kali merebut perhatian pembaca.
Dalam desain komunikasi visual, dikenal sebagai focal point, yaitu penonjolan salah satu elemen visual dengan tujuan untuk menarik perhatian. Focal point juga sering disebut center of interest, pusat perhatian. 
Irama (Rhythm)

Irama adalah pola layout yang dibuat dengan cara menyusun elemen- elemen visual secara berulang- ulang. Irama visual dalam desain grafis dapat berupa repetisi dan variasi. Repetisi adalah irama yang dibuat dengan penyusunan elemen berulang kali secara konsisten. Sementara itu, variasi perulangan elemen visual disertai perubahan bentuk, ukuran atau posisi.

Penyusunan elemen- elemen visual dengan interval yang teratur dapat menciptakan kalem dan statis. Sebaliknya, pergantian ukuran, jarak dan posisi elemen dapat menciptakan suasan riang, dinamis, tidak monoton dan membosankan.

Kesatuan (Unity
Jurus pungkas dari desain komunikasi visual adalah kesatuan. Desain dikatakan menyatu apabila secara keseluruhan tampak harmonis, ada kesatuan antara tipografi, ilustrasi, warna dan unsur- unsur desain lainnya. 

Menciptakan kesatuan pada desain yang hanya memiliki satu muka, seperti poster dan iklan, relatif lebih mudah dibandingkan bentuk buku atau folder yang memiliki beberapa halaman. Pada desain majalah atau buku, kesatuan dapat dilakukan dengan cara- cara berikut:
a.       Mengulang warna, bidang, garis, grid atau elemen yang sama pada setiap halaman.
b.      Menyeragamkan jenis huruf untuk judul, body copy, dan caption.
c.       Menggunakan unsur- unsur visual yang memiliki kesamaan warna, tema atau bentuk.
d.      Gunakan satu atau dua jenis huruf dengan variasi ukuran dan style (bold, italic, dan sebagainya).

Elemen Desain

Elemen Desain
Dalam mendesain, terlebih dahulu perlu mengenal materi- materi dasar dan tahu cara penataannya sehingga dapat menghasilkan komposisi desain yang harmonis, menarik, komunikatif dan dapat menyenangkan pembaca.
Adapun elemen- elemen desain yaitu:

Garis (Line
Garis tidak memiliki kedalaman (depth), hanya memiliki ketebalan yang panjang. Oleh karena itu, garis disebut elemen satu dimensi.
Wujud garis sangat bervariasi,  dapat dimamfaatkannya sesuai dengan kebutuhan dan citra yang diinginkan. Garis lurus mempunyai kesan kaku dan formal. Garis lengkung memberi kesan lembut dan luwes. Garis zigzag terkesan keras dan dinamis. Garis tak beraturan punya kesan fleksibel dan tidak formal. Berbagai macam garis tersebut dapat digunakan untuk merepresentasikan citra produk, jasa, korporasi atau organisasi.

Bidang (Shape)
 Segala bentuk apa pun yang memiliki dimensi tinggi dan lebar disebut bidang. Bidang dapat berupa bentuk- bentuk geometris (lingkaran, segitiga, segiempat, elips, setengah lingkaran dan sebagainya) dan bentuk- bentuk tidak beraturan. Bidang geometris memiliki kesan formal dan bidang non- geometris memiliki kesan tidak formal, santai dan dinamis.
 Bidang dalam desain grafis tidak sebatas itu saja. Area kosong di antara elemen- elemen visual dan space yang memiliki foto, bisa pula disebut sebagai bidang. Bidang kosong (blank space) bahkan bisa dianggap sebagai elemen desain seperti halnya warna, bentuk dan sebagainya.
Untuk menambah kenyamanan baca,  dapat mengatur jarak antar judul dengan margin atas, jarak antara teks dengan foto, atau mengatur blank space yang mengelilingi judul, foto, ilustrasi, dan unsur visual lainnya sehingga terasa nyaman, tidak berdesakan.

Warna (Color)
Salah satu elemen visual yang dapat dengan mudah menarik perhatian pembaca adalah warna. Dalam penggunaan warna perlu berhati- hati . Apabila penggunaan warna kurang tepat maka dapat merusak citra, mengurangi nilai keterbacaan, dan bahkan dapat menghilangkan gairah baca. Jika menggunakan dengan tepat, warna dapat membantu menciptakan mood dan membuat teks lebih berbicara. Sebagai contoh, desain publikasi yang menggunakan warna- warna soft dapat menyampaikan kesan lembut, tenang dan romantik. Warna- warna kuat dan kontras dapat memberi kesan dinamis, cenderung meriah. Kekuatan warna sangat dipengaruhi oleh background

  Gelap- Terang (Value)
Salah satu cara untuk menciptakan kemudahan baca adalah dengan menyusun unsur- unsur visual secara kontras gelap- terang. Kontras gelap-terang bersifat relatif, sangat dipengaruhi oleh background dan elemen- elemen lain di sekitarnya. Kontras gelap-terang dalam desain komunikasi visual dapat digunakan untuk menonjolkan pesan atau informasi, sekaligus menciptakan citra. Penggunaan warna- warna yang kurang kontras (low contrast value) dapat menciptakan kesan kalem, damai, statis dan tenang. Sebaliknya komposisi warna- warna kontras (high contrast value) memberikan kesan dinamis, enerjik, riang, dramatis dan bergairah. Kontras gelap-terang dapat dibuat dengan memadukan warna- warna terang (putih, kuning, hijau muda dan lain- lain) dengan warna- warna gelap (hitam, ungu, biru tua, dan lain- lain). 

 Tekstur (Texture)
Dalam  desain grafis, tekstur dapat bersifat nyata dan dapat pula tidak nyata (tekstur semu). Karya- karya desain grafis umumnya cetak di atas kertas halus, seperti HVSart paperivory dan lain- lain. Memang ada beberapa barang cetakan yang menggunakan media bertekstur kasar, tetapi sangat jarang. Tekstur kasar hanya dugunakan untuk desain- desain spesial.
Tekstur dalam konteks desain komunikasi visual lebih cenderung pada tekstur semu, yaitu kesan visual dari suatu bidang. Sebagai contoh, bidang cetak yang kosong, tidak ada gambar maupun tulisan, dapat memberikan kesan tekstur halus. Sebaliknya, bidang yang memuat susunan huruf teks (body- text) dengan ukuran 11 point memiliki kesan tekstur cukup kasar, dan susunan huruf untuk judul dengan ukuran lebih besar akan memberikan kesan tekstur lebih kasar.
Tekstur sering digunakan untuk mengatur keseimbangan dan kontras. Di komputer tersedia banyak citra tekstur dari komputer karena hasilnya kurang eksklusif, tidak menunjukkan kreativitas dan orisinilitas. Banyak cara untuk membuat tekstur. Di alam raaya ini, sangat banyak tekstur alam benda yang dapat digunakan sebagai elemen desain komunikasi visual. Sebagai contoh: kulit kayu, anyaman bambu, batu candi, hamparan pasir di pantai, dan benda- benda alam lainnya. Anda tinggal tinggal memotret benda tersebut untuk dijadikan background halaman brosur, misalnya.

Format
Besar-kecilnya elemen visual perlu Anda perhitungkan secara cermat sehingga desain komunikasi visual memiliki nilai kemudahan baca (legibility) yang tinggi. Langkah pertama untuk mempermudah penyusunan elemen- elemen desain adalah dengan membuat skala prioritas (visual hierarchy). Tulis semua informasi yang akan disampaikan dengan cara mengurutkan mulai dari informasi yang paling penting, sampai ke elemen yang paling tidak penting. Sehingga informasi mana yang penting didahulukan untuk dibaca pembaca. Informasi yang dianggap paling penting, baik verbal maupun visual, perlu ditonjolkan dengan ukuran lebih besar dan mencolok. Demikian pula warna, bentuk dan posisinya, secara visual perlu dibuat kontras dan menonjol sehingga menjadi focal point.
Besar- kecilnya ukuran huruf untuk judul, subjudul dan teks sebaiknya  perhitungan sehingga dapat mempermudah pembaca dalam memilih informasi mana yang perlu dibaca pertama, kedua dan seterusnya. Demikian pula dengan foto, jika  menggunakan beberapa foto maka perlu dicermati foto mana yang lebih penting untuk dibuat lebih besar dari foto- foto lain yang kurang penting. Perbedaan ukuran yang diperhitungkan secara proporsional akan membantu pembaca dalam memilih informasi yang perlu didahulukan. Jangan sekali- sekali berpikir bahwa semua informasi yang disajikan itu penting sehingga semua elemen dibuat besar dan mencolok. Cara seperti ini kurang efektif, hasilnya tampak seperti suasana pasar malam yang crowded, semua berteriak ingin diperhatikan. Anda harus menentukan hierarki visual, yaitu mulai dari yang sangat penting, penting dan kurang penting.